Iklan

internet marketing

Translate

INGIN ANAK LAKI-LAKI

Oleh: Dr. Handrawan Nadesul, Dokter Umum


“Saya gadis, 24 tahun. Beberapa bulan lagi mau menikah. Sepupu saya menganjurkan saya periksa TORCH karena kakak perempuan saya keguguran akibat toksoplasma. Di rumah memang ada banyak kucing. Saya (begitu juga calon suami) menginginkan anak pertama nanti laki-laki. Di samping itu, saya takut sekali dioperasi. Padahal, sekarang banyak kasus kehamilan yang harus melahirkan dengan sectio. Yang menjadi pertanyaan saya: 1. Apakah saya perlu melakukan pemeriksaan TORCH? Calon suami perlu diperiksa juga? Berapa biayanya? 2. Bagaimana cara mendapatkan bayi berjenis kelamin laki-laki? 3. Apa saja yang mengharuskan kehamilan diselesaikan dengan sectio?" (Fr. Put., Jakarta)


Jawaban:

Banyak Makan Daging

1. Pemeriksaan TORCH untuk melihat kemungkinan seorang wanita mengidap penyakit toksoplasma, campak jerman, cytomegalo virus, dan herpes kelàmin, di Indonesia bukan merupakan pemeriksaan rutin sebagaimana di negara maju. Padahal, bila mengidap satu saja dari keempat jenis penyakit itu, bayi yang dikandung berisiko mengalami kecacatan, antara lain hydrocephalus.

Melihat kasus Anda, ada riwayat kakak kandung mengidap toksoplasma dan di rumah banyak kucing, ada baiknya melakukan pemeriksaan TORCH sebelum hamil. Namun, biaya pemeriksaan TORCH di Indonesia masih tinggi (hampir Rp 1 juta).

Untuk kasus seperti Anda, tak perlu periksa untuk keempat jenis penyakit itu, cukup periksa toksoplasma saja. Kecuali jika mencurigai ada kemungkinan yang lain juga.

Contohnya, dulu pernah ada riwayat campak jerman atau cytomegalo virus (sering berciuman dan berganti-ganti pasangan), atau mungkin juga pernah herpes kelamin. Kalau kemungkinan itu tidak ada, saya kira pemeriksaan toksoplasma saja sudah cukup.

Pihak calon suami, bila ada riwayat herpes kelamin (pernah ada cacar herpes di kemaluannya), ada baiknya ikut diperiksa. Karena bila suami positif herpes kelamin, sewaktu-waktu setelah menikah, bisa menularkan kepada Anda, dan Anda terjangkit herpes kelamin.

2. Merencanakan jenis kelamin anak dapat dilakukan dengan penyaringan sperma. Teknologi untuk ini sudah memungkinkan. Namun, untuk praktisnya, dapat diupayakan “lakukan sendiri” secara sederhana sebagai berikut. Pertama, usahakan agar kohabitasi (persetubuhan) terjadi pada saat ovulasi (14 hari sebelum haid yang akan datang). Persisnya, bila dilakukan pengukuran suhu basal (dengan termometer setiap bangun tidur pagi), dari grafik suhu akan tampak, pada saat suhu tubuh meningkat setengah derajat Celcius, itu berarti terjadi ovulasi. Saat itulah istri langsung “ditubruk”.

Kedua, perbanyak makan jenis daging-dagingan dan kurangi sayur mayur, agar suasana vagina cenderung lebih basa (kurang asam). Kita tahu, spermatozoa jenis yang akan menjadi pembentuk bayi laki-laki bertabiat tidak begitu tahan asam.

Hal lain, suasana Ms VG dibuat tidak terlampau asam. Normal suasana sekitar situ memang cenderung asam. Menjadi lebih asam bila sedang mengalami keputihan. Wanita yang keputihan cenderung mendapat anak perempuan, dan susah dapat anak lelaki.

3) Kecuali atas permintaan pasien, tidak semua kehamilan harus diakhiri dengan sectio caecarea. Hanya apabila ada indikasi panggul sempit, sehingga kepala anak diperkirakan tidak mungkin melewati jalan lahir ibu atau besar anak lebih dari ukuran panggul ibu. Selain itu, bila ada lilitan talipusat, anak dalam posisi letak lintang (kasip), letak plasenta rendah, dan plasenta menutupi leher rahim (placenta praevia).

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes