Iklan

internet marketing

Translate

Si "Putih" yang ditakuti Kaum Hawa

Pdpersi, Jakarta - "Keputihan? nggak lah yauw...," begitu kata tiga peri (bidadari?-red) sembari mencibir. Para bidadari itu begitu cantik, mungkin mereka merasa makin Pe-De (percaya diri) tanpa keputihan. Begitu menakutkan kah keputihan?

Boleh jadi ya! Menurut MHR Sianturi dalam bukunya Keputihan, Suatu Kenyataan dibalik Suatu Kemelut, wanita yang menderita keputihan acapkali mempunyai masalah dengan reaksi kejiwaan. Reaksi kejiwaan ini merupakan manifestasi dari rasa kecemasan yang berlebihan.

Kecemasan, ulas Sianturi, timbul akibat kekhawatiran keputihan dapat menimbulkan kanker, takut untuk bersenggama karena rasa nyeri (dyspareunia), atau takut mengecewakan suami, takut suami jijik, takut bau tak sedap akibat (karena keputihan-red) tercium orang lain, dan sebagainya.

Masalahnya, mengatasi keputihan menjadi "gampang-gampang susah". Pertama, akibat rasa malu yang melilit si wanita. Kedua, belum tentu ditemukan konsultasi tepat dari dokter yang berusaha secara sistematis mencari penyebab keputihan itu, plus upaya pengobatan yang tepat dan rasional.

Akibatnya, wanita yang telah lama mengalami keputihan, telah bergonta- ganti dokter serta cara pengobatan, makin merasa tersiksa. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan yang tepat menangani keputihan tersebut.

Dari Bayi hingga Menapouse

Keputihan adalah keluarnya cairan berlebihan dari liang senggama (vagina) yang terkadang disertai rasa gatal, nyeri, rasa terbakar di bibir kemaluan, kerap disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih atau bersenggama.

Warna cairan keputihan bervariasi, dari putih, kekuningan, abu-abu, dengan konsistensi cair hingga kental atau bahkan berbentuk seperti kepala susu. Bau dari keputihan pun beragam, dapat tanpa bau, berbau telur busuk, bahkan anyir seperti ikan mentah.

Celakanya, keputihan dapat menyerang wanita mulai dari kanak-kanak hingga menopause. Hal ini karena keputihan terbagi menjadi dua, fisiologik dan patologik.

Menurut Dr Junita Indarti dari bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSUPN-CM, perbedaan fisiologik dan patologik adalah, pada fisiologik cairan kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Sedangkan pada patologik, terdapat lebih banyak leukosit.

Keputihan karena fisiologik dapat ditemukan pada bayi yang baru lahir hingga berumur kira-kira sepuluh hari, waktu menarche, wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, waktu ovulasi, pada wanita berpenyakit menahun dengan neurosis, dan wanita dengan ektropion porsionis uteri.

Sementara keputihan patologik utamanya disebabkan infeksi (jamur, kuman, parasit, virus). Namun dapat pula akibat adanya benda asing dalam liang senggama, gangguan hormonal akibat mati haid, kelainan bawaan dari alat kelamin wanita, adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin terutama di leher rahim.

Infeksi akibat kuman (bakteri), misalnya akibat;
Gonococcus, atau lebih dikenal dengan nama GO. Warnanya kekuningan, yang sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung kuman Neisseria gonorrhoea. Kuman ini mudah mati setelah terkena sabun, alkohol, deterjen, dan sinar matahari. Cara penularannya melalui senggama.
Chlamydia trachomatis, kuman ini sering menyebabkan penyakit mata trakhoma. Ditemukan di cairan vagina dengan pewarnaan Diemsa.
Gardenerella, menyebabkan peradangan vagina tak spesifik. Biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina berbentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa amin bau amis, berwarna keabu-abuan.
Treponema pallidium, adalah penyebab penyakit kelamin sifilis. Penyakit ini dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di liang senggama dan bibir kemaluan.
Infeksi akibat jamur biasanya disebabkan spesie candida. Cairannya kental, putih susu (sering berbentuk kepala susu), dan gatal. Vagina menjadi kemerahan akibat radang. Predisposisinya adalah kehamilan, Diabetes melitus, akseptor pil KB.

Parasit penyebab keputihan terbanyak adalah Trichomonas vaginalis. Cairannya banyak, berbuih seperti air sabun, bau, gatal, vulva kemerahan, nyeri bila ditekan atau perih saat buang air kecil. Sementara keputihan akibat virus disebabkan Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes simpleks.

Penanggulangan

Pemeriksaan dokter baiknya segera dilakukan bila keputihan mulai menyerang anda. Tujuannya:
Menentukan letak dari bagian yang sakit, dalam hal ini mencari darimana keputihan itu berasal.
Mengambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium, misalnya mengambil lendir leher rahim untuk pemeriksaan Pap atau pemeriksaan mikrobiologik guna mencari penyebab keputihan.
Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat tertentu untuk mendapatkan gambaran alat kelamin yang lebih baik, seperti melakukan pemeriksaan kolposkopi yang berupa alat optik untuk memperbesar gambaran leher rahim, liang senggama dan bibir kemaluan.
Merencanakan pengobatan setelah melihat kelainan yang ditemukan.
Lalu, bagaimana pengobatan yang rasional untuk mengatasi keputihan? Beberapa cara dapat dilakukan, yaitu sebagai penawar saja, obat pemusnah atau pemungkas, dan melakukan penghancuran lokal pada kutil leher rahim, liang senggama, bibir kemaluan, atau melakukan pembedahan.

Obat-obat penawar misalnya Betadine vaginal kit, Intima, Dettol, yang sekadar membersihkan cairan keputihan dari liang senggama, tapi tidak membunuh kuman penyebabnya. Selain itu dapat dilakukan penyinaran dengan radioaktif atau penyuntikan sitostatika. Sedangkan obat pemunah misalnya vaksinasi, tetrasiklin, penisilin, thiamfenikol, doksisiklin, eritromisin, dsb.

Sementara penghancuran lokal dan pembedahan berupa pengangkatan sebagian jaringan leher rahim, dengan menggunakan kawat berlubang yang dialiri listrik atau dipancung berbentuk kerucut ke bawah menggunakan pisau bedah yang disebut konisasi.

Atau bisa dilakukan pengangkatan seluruh badan kandungan yang disebut histerektomia (jika ada prakanker leher rahim, atau kanker leher rahim).

Nah, banyak juga keputihan yang membandel. Karena itu, lebih baik mencegah ketimbang mengobati. Dalam kasus keputihan, pencegahan bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan alat pelindung (kondom-red), pemakaian obat atau cara profilaksis (pemakaian obat antibiotika disertai dengan pengobatan terhadap jasad renik penyebab penyakit), dan melakukan pemeriksaan dini (pap).

No Response to "Si "Putih" yang ditakuti Kaum Hawa"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes